MELIHAT ALLAH DI ALAM RUMAHTANGGA
Dulu sejak akhil baligh, walapun tidak lah hidup dalam keluarga berlatar belakang agama, tetapi sudah terbiasa bermonolog dengan hati.
Sehinggalah bila bergelar mahasiswa kemudian bergelar isteri, terasa hati yang dahulunya sering digunakan untuk bermonolog kononnya dengan diri sendiri adalah sebenarnya monolog dengan Tuhan
Al-Fudhail bin 'Iyadh r.a berkata, "Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadat kepada Tuhan itu hanya menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atas perasaan imannya terhadap Tuhan, atau kedudukan Tuhan di dalam hatinya." [Petikan dari kitab Al-Hikam - Syeikh Ibnu Atho-illah]
Rujukan :http://unikversiti.blogspot.com/2013/12/bagaimana-kedudukan-kita-di-sisi-allah.html
Setelah kefahaman itu didapati, maka seringlah setiap detik setiap saat monolog dengan Tuhan itu berlaku. Tidak perlu menantikan waktu solat atau ketika berwuduk. Tetapi paling banyak sewaktu kesusahan. Monolog itu akan semakin jelas dan diulang-ulang
Itulah yang berlaku dalam diri kita, cuma mungkin ada yang tidak sedar betapa besarnya pengaruh monolog ini di dalam kehidupan seharian kita apatah lagi dalam menjalani alam rumahtangga
Bilamana setiap pasangan sering melihat pasangan dengan mata kasar sebagai manusia dan lupa melihat pasangan sebagai hamba ciptaan Allah yang mana diuji dan menguji.
Bilamana alam rumahtangga diuji dengan rasa sakit hati, kita sering menganggap yang memberikan rasa sakit itu adalah pasangan
Pasangan tidak cukup memberi nafkah,tidak cukup memberi layanan, tidak cukup memberi kasih sayang, tidak cukup memberi hadiah, tidak cukup itu dan ini.
Segala kekurangan pasangan yang menyakitkan itu kita sandarkan kepada pasangan
Sehinggalah satu masa kita hanya melihat perkataan cerai di minda
Dan seterusnya perceraian itu berlaku
Dan tragisnya waktu itu, kita tetap masih sakit hati sekalipun sudah hidup sendirian atau bersama pasangan baru
Dari mana pula rasa sakit hati itu?
Begitulah putaran hidup yang bernama manusia
Berbeza dengan putaran hidup seorang hamba Allah yang meletakkan Allah di dalam setiap kali monolognya.
Bila mana hatinya sakit bagai dihiris maka meluncurlah kalimah keramat "Astaghfirullahalzim"
Seperit hatinya maka selaju-lajunya kalimah keramat ini dilazimi disertai kalimah yang lain nya juga menurut ilmunya (hamba Allah itu sendiri)
Dan sehiggalah magis Allah tiba apabila kemudian dari itu Allah akan hadirkan ketenangan yang maha dahsyat dan nikmat ketenangan itu amat indah dirasai setelah keperitan itu dilalui dengan istighfar
Entah keajaiban apa, tapi itulah hakikatnya
Hakikat yang dirasai di dalam hati tentang kebesaran Allah di kala kita menyebut dan mengingatiNya kita tidak lagi melihat pasangan tetapi kita mampu melihat Allah Azzawajalla dan tiba-tiba sahaja pandangan benci dan sakit kepada pasangan akan hilang. Melainkan rasa kagum dan kasih kepada Allah yang telah memberikan kita segala nikmat atas dunia termasuklah nikmat berpasangan
Disaat sudah kembali kepada Allah itu, datanglah meluncur segala ingatan kebaikan pasangan yang awalnya tadi hanya buruk yang kelihatan
Datanglah kembali rasa cinta yang mana cinta itu semata-mata kerana menagih cinta Allah melalui kehadiran pasangan sebagai alat mendekatkan diri kepada Allah bukan kerana nafsu apatah lagi kerana cinta dunia
Terima kasih dan berjuta kesyukuran hanya kepada ALLAH SWT . Dialah pemilik dan pemelihara kepada alam raya apatah lagi terhadap kita hamba yang amat dikasihiNya melebih kasih sang ibu kepada anaknya
Salam sayang
Ikhlas.Cinta.Ilahi
YongAyuni
23Ogos2020/Ahad
1913pm
No comments:
Post a Comment